![]() |
Jumat, 13 Oktober 2017
Rabu, 11 Oktober 2017
Cara Mengetahui Orang Bohong itu Mudah, Gunakan Cara ini!
Bicara mengenai bohong, tidak ada satupun orang di dunia ini yang ingin dibohongi. Namun, sejatinya manusia hidup berdampingan dengan dua sisi, yakni kebaikan dan keburukan. Jadi, kita tidak bisa memungkiri bahwa setiap orang, bahkan diri kita sendiri memiliki potensi untuk berbohong. Lantas, sebagai manusia yang bijak, sudah seharusnya kita tidak melakukan itu. Sebab, jujur adalah poin penting yang tidak dapat ditawar walau secuilpun.
Nah, saat kita sudah mengusir jauh-jauh hasutan kebohongan dalam diri, apakah kita akan terselamatkan dari orang yang berupaya membohongi kita? Tentu saja belum, bahkan tidak. Terlebih orang yang membohongi kita tersebut adalah orang terdekat, atau orang tersayang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Sastrawacana.com ingin memberikan beberapa tips yang bisa digunakan sebagai parameter kebohongan. Sederhananya, bisa dikatakan sebagai tips untuk mengetahui adanya indikasi perkataan dusta dari seseorang.
1. Cara Bicara
Orang yang bicaranya lancar, belum tentu ia adalah orang yang jujur. Begitupula orang yang bicaranya terbata-bata, belum tentu ia sedang berbohong. Untuk mengetahui orang tersebut berbohong, biasanya di saat sedang asik-asiknya bercerita sesuatu, maka sesekali dia akan diam sejenak sembari memikirkan kalimat apa yang selanjutnya akan ia lantunkan. Tanpa ia sadari, sebenarnya hal tersebut telah membuka kedoknya yang sedang berbohong. Jadi, cermati pada jeda pembicaraan seseorang, jika sudah sedikit melenceng dari pembahasan awal, besar kemungkinan ia berbohong.
2. Gerakan Mata
Mungkin kita semua sudah pernah mendengar mengenai arah pandangan mata menunjukkan kejujuran atau tidaknya seseorang saat berbicara. Menurut teori lama, jika seseorang menggerakkan lirikan matanya ke kanan atas itu tandanya ia sedang mengarang cerita sebab ia atau bohong. Namun, saat ia mengarahkan lirikannya ke kiri atas itu menandakan bahwa ia sedang mengingat apa-apa yang terjadi pada dirinya (pengalaman). Jadi, dengan mengacu pada teori tersebut, kita sudah tahu kan ciri-ciri orang yang berbohong hanya dengan melihat lirikan matanya?
3. Cara Senyum
Kita semua pasti bisa menilai senyum natural maupun yang dibuat-dibuat. Nah, ternyata dari cara senyum seseorang juga bisa menjadi indikasi kebohongan seseorang. Senyum lepas dan natural sangat menandakan jika tidak ada sesuatu yang ditutup-tutupi, tapi jika cara senyum saja sudah terkesan dibua-buat, maka ada yang patut dicurigai. Jika kita bertemu dengan seseorang yang seperti ini, alangkah baiknya kita lebih berhati-hati, sebab ia bisa kapan saja menipu kita dengan berbagai kalimat manisnya untuk tujuan tertentu.
Penulis : Maulana Affandi
Minggu, 08 Oktober 2017
Sabtu, 07 Oktober 2017
Kamis, 05 Oktober 2017
Rabu, 04 Oktober 2017
Senin, 02 Oktober 2017
Bahagia itu Sederhana, Benarkah Begitu?
Mungkin kita kerap membaca serta mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa “Bahagia itu Sederhana” dari berbagai media informasi. Hebatnya lagi, banyak orang yang setuju dengan ungkapan tersebut tanpa mencari tahu terlebih dahulu di mana letak kesederhanaannya. Tapi itulah yang terjadi saat ini, bahagianya manusia millennia memang sangat sederhana, terlebih kesederhanaan itu selalu terbungkus rapi pada rak jejaring sosial.
Perlu diketahui, kebahagiaan dan kesenangan itu berbeda. Jadi, jangan samakan arti dari kedua kata tersebut. Jika kita lebih jeli, saat ini merupakan era di mana anak muda sudah mulai ke luar dari koridor privasinya sendiri. Hampir segala sesuatu yang dialami selalu dipamerkan pada jagad maya, baik itu kegiatan positif maupun kegiatan negative. Tapi itu adalah hak yang tidak boleh dicampuri oleh orang lain, sekalipun atas dasar peduli.
Menurut teori psikologi, manusia yang sering mengumbar kebahagiaannya kepada publik menandakan manusia tersebut tidak seutuhnya bahagia. Benarkah begitu? Mungkin benar, mungkin juga tidak salah. Sebab, banyak faktor yang mempengaruhi manusia untuk mengumbar kebahagiaannya kepada publik, salah satunya adalah ingin menunjukkan kepada someone atau bahkan kepada seluruh temannya bahwa ia bahagia. Hal tersebut patut diakui, dia ingin menunjukkan bahwasanya saat ini dia telah bahagia bila dibandingkan dengan dulu.
Contoh lain, ada yang mengumbar foto mesranya bersama pasangan baru dengan caption “Bahagia itu sederhana, melupakan masa lalu dan menggapai masa depan dengan kamu”. Jika ditelisik lebih dalam, ada makna semiotika pada caption yang “aneh” tersebut. Jikalau memang sudah bahagia, buat apa menunjukkannya kepada orang lain? Lantas buat apa masih membahas masa lalu? Atau hanya ingin bersembunyi dari rasa rindu? Entahlah, itu hanya opini yang ambigu mendekati pasti.
Penulis : Maulana Affandi