Author : UnknownTidak ada komentar
Kabupaten Gresik adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Gresik. Kabupaten Gresik memiliki luas 1.191,25 km². Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km lepas pantai Laut Jawa. Kabupaten Gresik berbatasan dengan Kota Surabaya dan Selat Madura di sebelah timur, Kabupaten Lamongan di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Sidoarjo dan Mojokerto di sebelah selatan. Gresik dikenal sebagai kota tempat berdirinya pabrik semen pertama dan perusahaan semen terbesar di Indonesia, yaitu Semen Gresik. Bersama dengan Sidoarjo, Gresik merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila.
Kantor Bupati Gresik
Sumber: http://www.surabaya.go.id/
Gresik ternyata memiliki banyak nama, Gerwarasi, Giri Gisik, Grissee atau orang Gresik sekarang dalam mengucapkan kata Gresik sehari-hari justru menjadi Nggersik. Berikut tulisan sejarah asal usul kota Gresik oleh Mustakim, sejarahwan Gresik:
Melacak asal-usul nama Gresik adalah hal yang sangat menarik, karena terdapat berbagai ragam pandangan. Berikut adalah beberapa pandangan yang berhubungan dengan nama Gresik:
Babad Gresik menyebut nama Gresik dengan sebutan “Gerwarasi”:
"… kacariyos lampahipun saking sabrang sami nitih bahita mentas hing gegisik. Dhekahan punika dipun nameni cara Arab: Gerwarasi, artosipun gunung hana panggonanku leren.
"…Diceritakan kepergian mereka dari seberang, dengan naik perahu, mendarat di Gegisik, pantai di kaki gunung Sahimbang. Terus berdiam (membuat dhukuh) di pantai situ. Pedhukuhan itu dinamai dengan bahasa Arab : Gerwarasi, artinya tempatku istirahat."
Prasasti Karang Bogem berangka tahun 1387 M ditemukan di Karang Bogem, masuk kawasan Bungah sekarang. Prasasti ini memuat nama Gresik dalam Bahasa Jawa kuno:
Bagian muka :
"Iku wruhane para mantri ing tirah, aryya songga, pabayeman, aryya carita purut, patih lajer, wruhane yen ingong amagehaken karange patih tambak karang bogem, penangane, kidul lebuh, panangane wetan sadawata anutug segera pisan, penangane kulon babatan demung wana, anutug segera pisan, pasawahane sajung babatan akikil, iku ta malerahaja den siddhigawe Hana ta kawulaningong saking Gresik warigaluh ahutang saketi rong laksa genep sabisane hasikep rowang warigaluh luputata pangarah saking sidhayu kapangarahan po hiya sakti dalem galangan kawolu anghaturakna tahiya bacan bobot sewu sarahi atombak sesine tambake akature ringong, hana ta dagang angogogondhok, amahat, luputa ta ring arik purih saprakara, knaha tahiya ring pamuja."
Bagian belakang :
"Sategah, anuta sarrarataning wargga taman sebhumi. Tithi, ka 7, cirah 8 // andaka kakatang//."
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
Bagian muka :
"Bahwa inilah surat yang harus diketahui oleh para mantri Tirah, yang mulia Songga dari Pabayeman, yaitu yang mulia Carita dari Purut, Patih Lajer. Mereka hendaknya mengetahui bahwa kita telah menetapkan daerah seorang patih tambak Karang Bogem. Perbatasannya di sebelah selatan dengan sebidang ladang, di sebelah timur berbatasan dengan tanah yang mendatar dari laut. Di sebelah barat berbatasan dengan tanah penebasan hutan belukar kayu demung yang mendatar dari laut. Adapun luasnya sawah satu jung dan penebasan satu kikil. Demikian perbatasan itu. Jangan diganggu penetapan itu. Kemudian adalah seorang warga kami berasal dari Gresik, kerjanya sebagai nelayan, mempunyai utang sejumlah satu kati dua laksa (kira-kira 120.000 ?). Sedapat-dapatnya dia akan memungut bantuan sesama nelayan. Kini mereka, akan bebas dari tuntutan dari pihak Sidhayu, tetapi mereka harus memenuhi tuntutan dari negeri (Majapahit). Di galangan kedelapan (kawolu) mereka harus membayar terasi (hacan, belacan) seberat seribu timbangan Hasil tambak harus diberikan kepada kita (kerajaan). Kemudian pedagang anggogogondhok yaitu para penyadap nira, mereka juga dibebaskan dari pembayaran arik pundik bermacam-macam cukai. Mereka sekarang harus dikenakan cukai pamuja (cukai kerajaan)."
Bagian belakang :
"Seperdua menurut adat kebiasaan umum bagi warga taman diseluruh negara. Tertanggal 7, bulan tahun syaka 8 // tertanda katang //."
Bangsa Cina yang pernah mendarat di Gresik pada awal abad ke-15 M mulanya menyebut Gresik dengan nama “T’Se T’sun” artinya perkampungan kotor, beberapa tahun kemudian berubah sebutan menjadi “T’sin T’sun,” berarti Kota Baru.
"De Chinezen kwamen er reeds voor 1400 A.D. en noemeden het T’se-T’sun over de afleiding van deze weining verheffenden naam-de letterlijke beteekenis is kakhuisdorp. Rouffaer, KITLV, 7e volgreeks, V 1906, blz. 178."
Artinya:
“Kedatangan orang-orang Cina sudah terjadi sebelum tahun 1400 M dan menyebut nama T’se-T’sun. Tentang asal-usul nama yang menarik ini arti harfiahnya ialah perkampungan kumuh, dapat dibaca keterangan Rouffaer dalam KITLV, seri lanjutan ke-7, V 1906, halaman 178.”
Gresik juga pernah dikenal dengan nama Tandes. Nama Tandes dalam kesusastraan Jawa memang dipakai untuk menyebut Gresik sebagai istilah pengganti. (Tim Penyusun, 2003 : 23). Tandes untuk menyebut nama Gresik juga dapat dibaca pada inskripsi yang terdapat dalam komplek makam para bupati Gresik terdahulu. Nama ini terukir pada sebuah batu berbentuk lingga, di depan makam Tumenggung Poesponegoro. Inskripsi itu ditulis dalam bahasa Jawa Madya berbunyi :
"Puniko wewangun hing Kanjeng Tumenggung Poesponegoro hing negri Tandes, hisakala sami adirasa tunggal masaluhu tanggala titi."
Artinya :
"Ini adalah bangunan persembahan Kanjeng Tumenggung Poesponegoro di negeri Tandes (Candrasengkala memet yang berarti tahun Saka 1617), Tuhan Allah Yang Maha Tinggi."
Bangsa Portugis ketika pertama kali mendarat di Gresik tahun 1513 M menyebutnya dengan ucapan "AGACE.” Bangsa Belanda menyebut Gresik dengan nama "GRISSEE."
Dalam Serat Centini, sebuah karya sastra yang terbit pada pertengahan pertama abad ke-19 M menyebut Gresik dengan nama "GIRI- ISA." Menurut Banun Mansur, Gresik dalam Bahasa Arab berasal dari kata "QARRA-SYAIK," berarti Tancapkan sesuatu. Kalimat ini terucap ketika seorang nahkoda kapal memerintahkan pada anak buahnya untuk menancapkan Jangkar sebagai tanda kapal telah berlabuh. Menurut Solihin Salam asal nama Gresik adalah "GIRI-ISA," atau "GIRI –NATA," berati Raja Bukit. Hal ini untuk menyebut penguasa Giri.
J.A.B. Wisselius dalam bukunya yang berjudul "Historisch Onderzoek naar Gestelijke en Wereldelijke Suprematie van Grissee op Midden Oost Java Gedurende 16e en 17e Eew," mengatakan bahwa Gresik sebelumnya bernama “Gerwarase”. Nama ini terkenal hingga tahun 1720 M.
Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java berpendapat bahwa sebutan Gresik berasal dari kata "GIRI-GISIK," berarti tanah di tepi laut (pesisir). Giri-Gisik kemudian berubah menjadi Giri-Sik, akhirnya menjadi Gresik. Di Gresik juga pernah dikenal sebuah nama tempat bernama Jaratan (Jortan). Nama ini secara historis melekat pada peta buatan pelayar Belanda pada awal abad XVII M. Nama ini dianggap sebagai salah satu dari dua buah pelabuhan yang ada di Gresik, lokasinya berada di muara Bengawan Solo Lawas, tepatnya di Desa Mengare. Para musafir Belanda berkali-kali menyebut nama Jaratan (Jortan) untuk menyebut sebuah kota pelabuhan Gresik. (H.J. de Graaf, 1985 : 172).
Dari beberapa sebutan, nama Gresik dimungkinkan berasal dari perbedaan cara pengucapan lidah manusia. Sebagaimana diketahui bahwa orang-orang asing menyebut nama Gresik disesuaikan dengan olah kata mereka, seperti Grissee, Gesih, Geresih, Gerwarase, Qarra-syaik. Agacime, dan berbagai sebutan lainnya.
Demikian beberapa pandangan tentang asal nama Gresik yang masih mengundang banyak perdebatan.
Artikel Terkait
Posted On : Rabu, 27 Juli 2016Time : Juli 27, 2016