Kebo - Keboan: Tradisi Magis dan Sakral Suku Using Banyuwangi

Author : UnknownTidak ada komentar


Banyuwangi merupakan Kabupaten ujung timur di Pulau Jawa. Kabupaten ini menyimpan banyak fenomena magis dan sakral yang berjalan beriringan dengan budayanya. Begitu banyak budaya-budaya bersifat magis di Banyuwangi yang terkenal dengan kota "Gadrung". Salah satunya adalah Tradisi Kebo-Keboan.

Kebo-keboan merupakan sebuah ritual khusus yang rutin diselenggarakan oleh masyarakat Desa Alas Malang Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi. Ritual sakral ini dilangsungkan setiap bulan Muharram atau yang lebih akrab disapa Bulan Sura oleh masyarakat sekitar. Dilangsungkannya ritual Kebo-Keboan tidak lain hanyalah sebagai simbol rasa syukur kepada Sang Pencipta atas limpahan rahmat dan perlindungannya kepada seluruh umat manusia, khususnya di Kabupaten Banyuwangi.
Baca juga: Kesenian Seblang, Asal Usul dan Sejarah Jaranan
Ritual yang fenomenal ini sudah menjadi tradisi dan dilaksanakan secara turun menurun oleh nenek moyang Suku Using. Ada yang mengatakan jika ritual Kebo-Keboan ini sudah berlangsung sejak abad 18. Konon katanya, jika tidak menyelenggarakan ritual ini, maka akan terjadi bencana dan musibah yang berkepanjangan di desa setempat.

Karena sebagian besar Suku Using berprofesi sebagai petani, maka keberkahan dan rasa syukur disimbolkan oleh ritual Kebo-Keboan, yang mana masyarakat sekitar berdandan layaknya kerbau lantas berkeliling desa dan diakhiri dengan membajak sawah. Diyakini, ritual ini juga memberikan berkah hasil panen yang baik oleh para petani.

Orang-orang yang berdandan layaknya kerbau ini konon katanya dirasuki oleh roh halus sehari sebelum ritual dilangsungkan. Maka dari itu, ada pawang yang menjadi juru kunci dalam terselenggaranya ritual ini hingga berjalan lancar sampai di penghujung acara. Pawang tersebut juga berfungsi sebagai penetral bagi orang yang dimasuki roh halus saat acara telah usai. Terlebih lagi, pawang yang dipercaya merupakan keturunan dari pawang-pawang sebelumnya (terdahulu). Jadi, tidak sembarang orang bisa menjadi pawang pada ritual ini.

Antusias masyarakat Banyuwangi untuk melihat ritual yang sudah menjadi festival rutin setiap tahunnya ini sangat besar. Tidak hanya orang tua, anak mudah pun menunjukkan antusias yang sangat tinggi akan budayanya. Tak terbendung jumlah pengunjung yang datang ke Desa Alas Malang pada saat festival ini berlangsung.

Penulis : Maulana Affandi

Artikel Terkait

Posted On : Selasa, 21 Februari 2017Time : Februari 21, 2017
SHARE TO :
| | Template Created By : Binkbenks | CopyRigt By : Tutorial Online | |
close
Banner iklan disini
> [Tutup]