Author : UnknownTidak ada komentar
Sekelumit latar belakang kalender Buddha bisa anda baca pada Kalender Buddha Suriyayatra.
Kalender Buddha Baru Astronomis - Sebuah Usulan
Artikel ini mengusulkan sebuah kalender Buddha baru yang berjenis lunisolar astronomis. Berharap bahwa kalender ini bisa diterima sebagai sebuah kalender Buddha moderen karena sifatnya ajeg dan akurat Kalender baru ini hanya mengganti model tata surya yang digunakan dalam perhitungan yaitu dari model lingkaran jarum jam sederhama menjadi model eliptikal keplerian (seperti yang digunakan kalender imlek), sedangkan aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan tentang uposatha dan hari-hari raya agama Buddha lainnya tidak mengalami perubahan sama sekali. Kalender baru ini hanya memerlukan sedikit sentuhan regulasi oleh suatu badan seperti komisi kalender. Uraian dari usulan saya tersebut adalah sebagai berikut:
This article proposes a new buddhist calendar, a lunisolar astronomical type of calender. Hope it would be accepted as a modern buddhist calendar since it is steady and accurate. It just replaces the solar system model from a simplistic clockwork model to a more sophisticated elliptical Keplerian model (as used in the chinese calendar). Whereas the rules or provisions concerning observance days (uposatha) and festivals do not change at all. It requires only minimum regulations by a body such as a calender committee. Descriptions of the proposal are as follows:
New Astronomical Buddhist Calendar - A Proporsal
This article proposes a new buddhist calendar, a lunisolar astronomical type of calender. Hope it would be accepted as a modern buddhist calendar since it is steady and accurate. It just replaces the solar system model from a simplistic clockwork model to a more sophisticated elliptical Keplerian model (as used in the chinese calendar). Whereas the rules or provisions concerning observance days (uposatha) and festivals do not change at all. It requires only minimum regulations by a body such as a calender committee. Descriptions of the proposal are as follows:
Baca seluruhnya...
- Equinox musim semi (Longitude = 0°) atau Chunfen 春分 atau tanggal 21 ±1 Maret digunakan sebagai titik acuan. Bulan gelap penuh atau konjungsi pertama setelah titik ini ditetapkan sebagai tahun baru kalender Buddha yaitu tanggal 1 Citta. Ketentuan ini adalah sama dengan ketentuan dalam kalender Buddha aritmatis yang menggunakan model tata surya lingkaran jarum jam sederhana.
Spring equinox (Longitude = 0°) or Chunfen 春分 or 21 ±1 March is used as a reference point. The first new moon (or conjunctions) after this point is set to new year date or 1 Citta of the calendar. This is the same as the provision of the conventional arithmetic buddhist calendar that uses simplistic clockwork model. - Panjang satu bulan adalah jumlah hari dari satu konjungsi ke konjugsi berikutnya. Berbeda dengan kaleder aritmetis, panjang ini tidak reguler tergantung dari hasil perhitungan astronomi dan besarnya 29 hari (bulan kecil) atau 30 hari (bulan besar).
The length of a month is defined as the number of days from one conjunctions to the next. Unlike the aritmetical calendar, it is irregular and whether it is 29 days (small month) or 30 days (large month) is merely determined by the result of astronomical calculations. - Tahun adhikamasa ditetapkan sebagai tahun dimana antara dua Equinox musim semi berturutan terdapat 13 kali konjungsi (bulan gelap penuh). Misalnya, antara 21 Maret 2014 dan 21 Maret 2015 terdapat 13 kali konjungsi maka tahun 2014 (2558 BE) adalah adhikamasa. Dengan ketentuan ini, kalender baru juga mempraktekan penggeseran hari peringatan (puja) yang sama dengan kalender konvensional ketika adhikamasa terjadi. Magha Puja dan Visakha Puja dipindah kepada bulan berikutnya, dan ditandai dalam bulan keempat dan ketujuh sebagai pengganti bulan ketiga atau keenam. Sumber dari praktek pergeseran ini tidaklah jelas, akan tetapi mempunyai keuntungan bahwa tidak akan terjadi jarak yang besar antara Visakha Puja dan Asalha Puja (yang jatuh pada bulan Asalha kedua pada tahun adhikamasa).
Adhikamasa is defined as the year with 13 moon conjunctions in between two consecutive spring equinoxes. For example, there are 13 conjunctions between 21 March 2014 and 21 March 2015 then 2014 (2558 BE) is adhikamasa. By this provision, the new calendar applies the same practice as the conventional arithmetic calendar in term of shifting the pujas when adhikamasa occured. Magha Puja and Visakha Puja is shifted to the following month, and marked as the fourth and the seventh instead of third or sixth month. The source of this shifting practice is not clear, but has the advantage that there would not be a large distance between Visakha Puja and Asalha Puja (which falls in the second Asalha in adhikamasa). - Interkalasi atau bulan pengganjal tahun selalu jatuh pada bulan Asalha (Asadha). Jadi akan terdapat dua buah bulan Asalha pada tahun adhikamasa. Ketentuan ini sama dengan ketentuan kalendar Buddha arithmatis konvensional.
Intercalation or additional month always falling in Asalha (Asadha). So there will be two months of Asalha in adhikamasa. This provision is the same as the conventional arithmetic calendar. - Penambahan satu hari tambahan sebayak 11 kali dalam 57 tahun pada bulan Jettha tidak diperlukan lagi. Jadi tidak ada tahun adhikavara dalam sistem kalender baru ini.
The 11 times additions of an extra day for Jettha (adhikavaras) in the period of 57 years are no longer needed. So there are no adhikavaras in this new calendar system. - Aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan tentang uposatha dan hari-hari raya agama Buddha lainnya adalah sama dengan kalender sebelumnya.
Observance days (uposatha) and buddhist festivals are determined using the same provisions as the conventional arithmetic calendar . - Dalam sistem ini sumber utama perselisihan adalah karena hasil perhitungan yang berbeda tergantung pada mesin dan bahasa pemrograman yang digunakan. Ini disebut kesalahan round-off. Dalam waktu-waktu tertentu dimana perhitungan jatuhnya konjungsi bulan oleh para pihak ternyata berbeda sedikit (dalam orde beberapa menit saja) namun akan dihitung sebagai berbeda satu hari. Misalnya komputer pihak A menghitung bahwa konjungsi terjadi pada 3 November 2013 23:59:58 (JD = 2456600.49998) sedangkan komputer B pada 4 November 2013 00:01:08 (JD = 2456600.50079), meskipun perbedaannya sedikit (70 detik atau 0.00081 hari) tetapi karena jatuh disekitar waktu pergantian hari, hasilnya menjadi terhitung berbeda 1 hari. Menurut saya ini adalah tugas dari komisi kalender untuk membuat regulasi agar perbedaan ini tidak terjadi.
The main cause of disagreement is due to different machines and programming languages used that result in different calculation results. This is called the round-off error. For example, computer A calculates that the moon conjunctions is on 3 November 2013 23:59:58 (JD = 2456600.49998), while computer B is on 4 November 2013 00:01:08 (JD = 2456600.50079), although the difference is small (70 seconds or 0.00081 days) but it is accounted as one whole day (3rd November and 4th November according to A and B respectively). This is because the moon conjunctions occured around the day change, even though it rarely happens but it exists. I leave it to be solved by the calendar committee.
Rujukan:
1. Gambhiro Bhikkhu & Hasapanno Bhikkhu, Calculating The Uposatha Moondays, v1.0 - 24th November 2015.2. Jean Meeus, Astronomical Algorithm, Willmann-Bell Inc., Virginia, Second Edition, 1991.
Artikel Terkait
Posted On : Rabu, 28 Desember 2016Time : Desember 28, 2016