Author : UnknownTidak ada komentar
Setiap daerah atau wilayah pasti mempunyai adat, tradisi, dan budaya masing-masing. Keberagaman tersebut merupakan salah satu faktor yang mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Seperti keberagaman tradisi yang terdapat di kota paling ujung timur pulau Jawa, yaitu Banyuwangi. Kota Gandrung ini memang terkenal dengan unsur magisnya, sehingga tak jarang jika tradisi yang ada selalu berkaitan dan berhubungan dengan nilai magis dan sakral. Seperti tradisi “Petik Laut”.
Petik Laut adalah sebuah upacara adat atau ritual yang dilangsungkan oleh warga Banyuwangi, khususnya daerah atau pemukiman pesisir (pantai). Tujuannya adalah sebagai simbol ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah, rezeki, dan keselamatan yang telah diberikan. Ritual ini dilakukan oleh para nelayan yang bermukim di daerah Muncar sebab daerah tersebut dihuni oleh mayoritas nelayan.
Ritual yang digelar setahun sekali ini umumnya dilaksanakan pada bulan Purnama, tepatnya setiap Bulan Muharam atau yang lebih akrab dikenal Bulan Syuro. Ritual ini dipimpin oleh sesepuh adat yang berasal dari Madura karena asal muasal dari ritual ini berasal dari warga Madura yang menetap di Muncar. Hal tersebut ditandai dengan kelengkapan ornamen saat ritual yakni dengan mengenakan pakaian adat Madura, yaitu “Baju Sakera”.
Dalam pelaksanaannya, para nelayan menyiapkan sesaji yang terdiri dari: kepala kambing kendit, aneka kue sebanyak 44 macam, buah-buahan, pancing emas, candu, tumpeng, ayam jantan, dan berbagai sesaji lainnya. Sesajian tersebut disusun serapi mungkin dan diletakkan pada kapal yang telah dihias dengan indah. Kemudian kapal tersebut bergerak ke tengah samudera dengan diiringi oleh puluhan kapal lain yang telah dihias juga.
Selanjutnya kapal akan berhenti pada arus yang tenang di tengah lautan serta menenggelamkan sesaji yang telah dipersiapkan tersebut. Saat itu pula, terdengar teriakan ucap syukur dari para nelayan menggema di hingga ke tepi laut. Uniknya, saat sesaji tersebut telah ditenggelamkan, para nelayan malah menceburkan diri untuk merebutkan sesaji tersebut. Hingga akhirnya acara ini ditutup dengan doa.
Sebenarnya serangkaian acara pada Petik Laut merupakan sebuah simbol rasa syukur para nelayan atas berkah yang diberikan oleh Tuhan. Diharapkan dengan meningkatkan rasa syukur, maka penghasilan dan jumlah tangkapan ikan akan bertambah setiap harinya. Perlu diketahui, ritual Petik Laut tidak hanya dilangsungkan di Muncar saja tapi banyak daerah lain yang juga melangsungkannya, seperti Grajagan dan Bulusan.
Petik Laut adalah sebuah upacara adat atau ritual yang dilangsungkan oleh warga Banyuwangi, khususnya daerah atau pemukiman pesisir (pantai). Tujuannya adalah sebagai simbol ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah, rezeki, dan keselamatan yang telah diberikan. Ritual ini dilakukan oleh para nelayan yang bermukim di daerah Muncar sebab daerah tersebut dihuni oleh mayoritas nelayan.
Ritual yang digelar setahun sekali ini umumnya dilaksanakan pada bulan Purnama, tepatnya setiap Bulan Muharam atau yang lebih akrab dikenal Bulan Syuro. Ritual ini dipimpin oleh sesepuh adat yang berasal dari Madura karena asal muasal dari ritual ini berasal dari warga Madura yang menetap di Muncar. Hal tersebut ditandai dengan kelengkapan ornamen saat ritual yakni dengan mengenakan pakaian adat Madura, yaitu “Baju Sakera”.
Dalam pelaksanaannya, para nelayan menyiapkan sesaji yang terdiri dari: kepala kambing kendit, aneka kue sebanyak 44 macam, buah-buahan, pancing emas, candu, tumpeng, ayam jantan, dan berbagai sesaji lainnya. Sesajian tersebut disusun serapi mungkin dan diletakkan pada kapal yang telah dihias dengan indah. Kemudian kapal tersebut bergerak ke tengah samudera dengan diiringi oleh puluhan kapal lain yang telah dihias juga.
Selanjutnya kapal akan berhenti pada arus yang tenang di tengah lautan serta menenggelamkan sesaji yang telah dipersiapkan tersebut. Saat itu pula, terdengar teriakan ucap syukur dari para nelayan menggema di hingga ke tepi laut. Uniknya, saat sesaji tersebut telah ditenggelamkan, para nelayan malah menceburkan diri untuk merebutkan sesaji tersebut. Hingga akhirnya acara ini ditutup dengan doa.
Sebenarnya serangkaian acara pada Petik Laut merupakan sebuah simbol rasa syukur para nelayan atas berkah yang diberikan oleh Tuhan. Diharapkan dengan meningkatkan rasa syukur, maka penghasilan dan jumlah tangkapan ikan akan bertambah setiap harinya. Perlu diketahui, ritual Petik Laut tidak hanya dilangsungkan di Muncar saja tapi banyak daerah lain yang juga melangsungkannya, seperti Grajagan dan Bulusan.
Penulis : Eva
Editor : Maulana Affandi
Artikel Terkait
Posted On : Jumat, 30 Juni 2017Time : Juni 30, 2017